Minggu, 26 Juli 2020

Jenis- jenis Wereng Yang menyerang Tanaman Padi


Ada 4 jenis hama wereng yang menyerang tanaman padi, ke empat jenis ini memeiliki ciri-ciri yang berbeda, dan dampak yang berbeda pula pada tanaman padi, ada wereng yang memyebabkan tanaman padi menjadi kering dan ada juga jenis wereng yang menyebabkan penyakit tungro.

Berikut ini adalah ke 4 jenis hama wereng yang menyerang tanaman padi. 
Wereng Hijau (Nephotettix virescens)

Peran wereng hijau dalam sistem pertanaman padi menjadi penting oleh karena Wereng hijau merupakan vektor penyakit tungro, yang merupakan salah satu penyakit virus terpenting di Indonesia.

Kemampuan wereng hijau sebagai penghambat dalam sistem pertanian padi sangat tergantung pada penyakit virus tungro.

Sebagai hama, wereng hijau banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo. 

Wereng hijau menghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, ataupun daun-daun bagian tengah. 

Wereng hijau menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampi kuning oranye, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat memicu perkembangan wereng hijau.

Wereng hijau umumnya dikendalikan dalam satu paket dengan pengendalian tungro. Dianjurkan untuk menanam varietas tahan tungro seperti Tukad Petanu, Kalimas, dan Bondoyudo, dan penggunaan insektisida. 

Beberapa insektisida efektif, terutama yang berbahan aktif Triflumezopirim, Klotianidin, bufrezin, imidkloprid, karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.
  
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) 

Wereng coklat menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. 

Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP>200, dsb). 

Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. 

Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah sampai puso. Selain itu, Wereng coklat juga merupakan vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.
Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, Wereng coklat  dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian). 

Gejala Wereng coklat pada individu rumpun dapat terlihat dari daun-daun yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn. 

Dalam suatu hamparan, gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk lingkaran , yang menunjukkan pola penyebaran Wereng coklat  yang dimulai dari satu titik, kemudian meyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. 

Dalam keadaan demikian, populasi Wereng coklat biasanya sudah sangat tinggi. Wereng coklat dapat dikendalikan dengan varietas tahan. 

Penanaman padi dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan insektisida juga efektif untuk mengendalikan hama ini. Varietas tahan Wereng coklat, tergantung pada biotipe yang berkembang di suatu ekosistem . 

Daerah-daerah endemik Wereng coklat  biotipe1, dapat menanam, antara lain, varietas Memberamo, Widas, dan Cimelati; untuk biotipe 2 dan 3, Memberamo, Cigeulis dan Ciapus.

Berbagai insektisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif Triflumezopirim, buprofezin, Imidakloprid, karbofuran, karbosulfan, atau tiametoksan.

Wereng Punggung Putih  (Sogatella furcifera Horvarth)

Wereng Punggung Putih atau Sogatella furcifer

Afrizal Daud, SP