Selasa, 10 Mei 2016

Ti Gold 10 WP

Ti Gold 10 WP

Bahan aktif : Pyrazosulfuron-ethyl (PSE)
Bentuk : Tepung Berwarna Putih
Formulasi : WP (Wettable Powder) tepung yg dapat dilarutkan dalam air.

Cara Kerja : Herbisida Sistemik diserap akar, dan, atau daun gulma, kemudian ditranslokasikan ke meristem. Pembelahan sel gulma terhenti dan mati. Gulma mati 1-2 minggu setelah diaplikasi.

Dosis : 100-200 gr/ha (4-8 bungkus)

Waktu aplikasi : 0-5 hari setelah tanam, gulma belum tumbuh, air macak2 sampai tergenang. Pada saat aplikasi tutup saluran air 3-5 hari. 3-5 hari setelah aplikasi sawah bisa diairi hingga 3-5cm, semakin lama penggenangan semakin baik. Bahan aktif tersebar merata.

Cara aplikasi : Disemprotkan merata kepermukaan tanah atau dicampur pupuk lalu ditabur.

Gulma Sasaran : Daun Lebar, Teki

Sistem Jajar Legowo


akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Itulah sebabnya sistem jajar legowo menjadi salah satu pilihan dalam proses meningkatkan produksi gabah.

Tipe sistem jajar Legowo
1. Jajar Legowo 2:1 – Setiap dua baris diselingi satu baris yang kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan pada jarak tanam dalam baris yang memanjang di perpendek menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya.
2. Jajar Legowo 3:1 – Setiap tiga baris tanaman padi di selingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya
3. Jajar Legowo 4:1 – setiap empat baris tanaman padi diselingi dengan satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam, dan untuk Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir menjadi setengah jarak tanam dalam barisannya

Berikut merupakan gambar dari Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo

Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo

Dilihat dari gambar Tanam Padi dengan Sistem Jajar Legowo maka dapat dilihat peningkatan popolasi dari tanaman padi yang ditanam, secara umum rumus peningkatan jumlah populasi tanaman padi dapat dilihat dengan rumus 100% X  1 : ( 1 + jumlah legowo)

Sebagai Contoh,
Jika Legowo 2:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 2) = 33,3 %
Jika Legowo 3:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 3) = 25 %
Jika Legowo 4:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 4) = 20 %
Jika Legowo 5:1 maka peningkatan populasinya yaitu 100%  X  1 : (1 + 5) = 16,7 %

Ada kelemahan dalam system ini, tapi keuntungannya masih jauh lebih banyak.

SELAMAT BERAKTIFITAS

SEMOGA BERMANFAAT

Pengendalian Hama Dan Penyakit pada Tanaman Padi



RAGAM HAMA / PENYAKIT PADI DAN PENGENDALIANNYA

1. Hama Putih Palsu(Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Pengendalian: pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun, Aplikasi Spray dengan BA Spinotoram, Indosacarb, Klorantaniliprol

2. Padi Thrips (Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.


3. Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens),
wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
Pengendalian:
a. Bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
b. penyemprotan BA Triflumezopyrim, Klotianidin, Imidacloprid.

4. Walang Sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu.
Gejala: buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian:
a. Bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba.
b, Penyemprotan

5. Kepik Hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi.
Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang
diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan

6. Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens).
Menyerang batang dan pelepah daun.
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk".
Pengendalian:
a. Menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami.
b. Menggunakan Spinetoram, klorantaniliprol

7. Hama Tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.
Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).

8. Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.

9. Penyakit Bercak Daun Coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian: Merendam benih di air hangat, tanam padi tahan penyakit ini.

10. Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.
Pengendalian:
a. Membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir
B. Penyemprotan BA Trisiklazol, Azozistobin di awal tanam

11. Busuk Pelepah Daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
Pengendalian:
a. Menanam padi tahan penyakit
b. Penyemprotan BA Difekonazol, Tebukonazol, Heksakonazol

12. Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, Penyemprotan BA Mancozeb

13. Penyakit Kresek/ Hawar Daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae)
Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.
Pengendalian:
a. Menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan;
b. Pengendalian diawal dengan Azozistobin

14. Penyakit Kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang.
Pengendalian vector dengan Triflumezopyrim, Imidakloprid, Klotianidin

15. Penyakit Tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan Karbusulfan

Blasgone 75 WP

PENGENDALIAN BLAST DENGAN BLASTGONE 75WP dari Keluarga FURADAN :

Penyakit potong leher atau blas (Pyricularia grisea), semula hanya menjadi masalah pada tanaman padi gogo, tetapi saat ini juga menjadi masalah pada padi sawah. Sudah diketahui pula varietas-varietas unggul baru (VUB) pun ternyata tidak luput dari serangannya. Jika penyakit blas menyerang menjelang panen, dapat menurunkan hasil sampai 70%.

Penyakit blas menginfeksi tanaman padi pada fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, P. grisea  menginfeksi daun disebut blas daun (“leaf blast”). Gejalanya, berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.

Serangan pada fase generatif, P. grisea  menginfeksi leher malai yang disebut blas leher (“neck blast”). Akibatnya, ujung tangkai malai menjadi busuk, mudah patah dan gabah hampa. Berdasarkan gejala ini, penyakit blas pada fase generatif lebih dikenal dengan nama potong leher atau busuk leher (“neck rot”) atau penyakit busuk pangkal malai. Penyakit blas pada fase generatif (potong leher) lebih merugikan daripada blas daun (fase vegetatif).

Perkembangan penyakit blas dipicu oleh penanaman varietas padi yang peka, jarak tanam rapat dan pemupukan N tinggi tanpa diimbangi dengan P dan K. Selain itu, penyakit blas tergolong seed born disease (penyakit terbawa biji/benih). Artinya, bila benih dari tanaman terserang patogen blas ditanam, maka tanaman padi yang tumbuh dari benih tersebut sudah membawa patogen blas. Memperhatikan fakta ini, direkomendasikan pengendalian penyakit blas sebagai berikut:

1. Tanam benih sehat. Benih sehat adalah benih yang tidak membawa patogen blas. Benih ini berasal dari tanaman yang tidak terserang patogen blas (tidak bergejala blas, baik daun maupun pangkal malai).

2. Tanam varietas tahan. Inpari 4, 11, 14 dan Inpari Sidenuk tahan/toleran terhadap penyakit potong leher. Penggunaan VUB ini menurunkan infeksi penyakit potong leher 46-94%, tergantung VUB yang digunakan.

3. Tanam cara jajar legowo. Dengan tanam jajar legowo, kelembaban di pertanaman padi tidak tinggi, dapat menghambat perkembangan penyakit blas.

4. Pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah. Dengan pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah, kebutuhan unsur hara tanaman padi dapat dipenuhi sehingga tanaman padi tumbuh optimal dan dapat mempertahankan diri dari gangguan penyakit blas.

5. Menyemprot tanaman padi dengan fungisida. Fungisida BLASTGONE 75WP Produk FMC efektif mengendalikan penyakit blas leher bila disemprotkan pada saat bunting dan berbunga.


Para petani padi perlu mewaspadai terutama dua hal. Pertama, masih tingginya curah hujan di musim kemarau tahun ini yang dapat memicu perkembangan penyakit blas. Kedua, ditengara berpindahnya serangan blas dari lahan padi gogo ke padi sawah karena 40% petani masih menggunakan benih hasil panen yang lalu, termasuk dari padi gogonya.

// Deli Serdang, Asahan dan Aceh //

Pyzero 100 EC

PYZERO AMAN UTK PADI Spesialis RUMPUT RUMPUTAN :

Bahan aktif : Metamifop
Karakteristik : Herbisida PURNA tumbuh, Sistemik, golongan rumput2an (Echinocloa, Leptocloa dan Ischaemum), Selektif dan aman terhadap padi.

Cara Kerja : Sistemik setelah kontak dengan daun gulma, masuk kejaringan phloem keseluruh bagian tanaman. Gulma berhenti tumbuh dan membusuk. Karena harus mengenai daun gulma kerataan penyemprotan sangat penting.

Tehnik Aplikasi : Pada saat popolasi gulma sudah muncul dari permukaan tanah. Pada saat pertumbuhan gulma aktif, daun gulma 2-5 helai, waktunya 10-20 HST.

Gejala Kematian Gulma : 2 - 3 hari setelah aplikasi gulma layu, tdk ada pembentukan daun dan akar cabang baru. Dibutuhkan waktu 7-10 hari. Dipengaruhi kelembapan dan temperatur.


Hal Hal Yg Harus Diperhatikan :
1. Kondisi lahan : lahan macak macak, lembab kalau diinjak keluar air. Air dikeluarkan dari sawah 12 - 24 jam sebelum aplikasi.

2. Kondisi Gulma : Sasaran golongan rumput (Echinocloa, Leptochloa, Ischaemun). Stadia gulma 2 - 5 daun, tanaman pindah 10-20 HST atau Tabela (7 - 15 HST) tergantung managemen pengairan.

3.  Penyemprotan ke gulma harus basah dan merata, nozel disetel kasar dan tdk berkabut, nosel kipas (flat fan). Jangan dicampur 2,4 D (antagonis)

4. 1 - 4 HSA lahan diairi utk mempercepat pembusukan gulma, biarkan terendam sampai 7 hari. Gejala awal muncul pada 5 HSA dan mati total 20 HSA.